Kamis, 07 Juni 2012

Sintesis Amida Asam Lemak dari Minyak Sawit dan Pengaruhnya Terhadap Oksidasi

Minyak sawit dalam negeri umumnya digunakan untuk pembuatan minyak goreng, margarin, pengemulsi dan sabun. Kebutuhan produk dari minyak sawit diperkirakan akan terus meningkat. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam proses maupun penggunaan minyak sawit tersebut. Salah satunya adalah amida asam lemak yang dapat dimanfaatkan sebagai pelumas, bahan obat-obatan, kosmetik, dan lain-lain.
Amida asam lemak dibuat dengan cara amonolisis pada ragam suhu 150, 175, 200 dan 2250C selama I jam, lalu pada ragam waktu 1,5; 2 dan 2,5 jam. Produksi reaksi amonolisis pada penelitaian ini disebut dengan produk amidasi, yang diduga terdiri dari campuran beberapa komponen seperti amida asam lemak, asam lemak bebas, gliserol, dan sisa triglesirida yang tidak teramidasi. Keberhasilan reaksi amidasi dilihat berdasarkan banyaknya nitrogen yang terikat oleh produk amidasi. Suhu dan waktu optimum amidasi diperoleh pada 1750C selama I,5 jam dengan %N sebesar 0,1067%. Metode pemisahan amida asam lemak menggunakan pelarut dietil eter memiliki rendemen yang lebih tinggi, yaitu sebesar 30,42% (b/b) dibandingkan menggunakan pelarut HCl dan NaOH sebesar 26,22%(b/b).
Reaksi amidasi menghasilkan produk amidasi yang memiliki bilangan peroksida, bilangan penyabunan, titik leleh dan visikositas yang lebih tinggi dibandingkan RBDPO (Refined Bleached and Deodorized Palm Oil), sedangkan bilangan iodine, bilangan asam, dan kadar air lebih rendah. Semakin tinggi suhu oksidasi maka semakin besar peningkatan peroksida, bilangan asam, dan titik leleh RBDPO maupun produk amidasi, sedangkan bilangan iodine dan kadar air semakin menurun. Visikositas RBDPO maupun produk amidasi cendrung meningkat pada suhu oksidasi 900C dan menurun setelah suhu tersebut. Hasil analisis sifat fisika-kimia menunjukkan bahwa produk amidasi lebih stabil terhadap oksidasi dibandingkan dengan RBDPO.

2 komentar:

  1. Bagaimana bisa minyak kelapa sawit menjadi minyak goreng...??

    BalasHapus
  2. Minyak kelapa sawit (CPO) yang dipengaruhi dari daging buah kelapa sawit(Elaeis quineensis Jacq) kaya akan oleat dan palmitat yang terikat dalam bentuk ester dengan gliserol sebagai trigliserida.
    Minyak kelapa sawit digunakan baik sebagai minyak yang dapat dimakan maupun bahan industri kimia, sebagai minyak yang dapat dimakan, minyak kelapa sawit diubah dalam bentuk minyak goreng (RBD olein), minyak salad, dan margarin.

    Untuk mendapatkan minyak gorengdengan mutu yang dapat diterima konsumen,minyak sawit mentah diolah melalui beberapa tahapan proses pemurnian(rafinasi). Proses pemurnian yang banyak
    diterapkan adalah rafinasi secara fisik yang terdiri dari penghilangan gum (degumming), pemucatan (bleaching) dan deodorasi
    (penghilangan bau). Proses ini menghasilkan minyak sawit murni (refined bleached deodorized palm olein) yang selanjutnya
    difraksinasi menghasilkan RBD stearin dan RBD palm oil sebagai fraksi padat dan RBD P. olein sebagai fraksi cair. RBD P.
    olein dalam pembahasan ini disebut sebagai minyak goreng

    BalasHapus